Sampaikan walau satu ayat
Mengutip pernyataan sahabat :
Hadits yang berbunyi ‘sampaikanlah walau satu ayat’ sering dijadikan alasan untuk mempermudah gerakan dakwah. Hadits itu dimaknai secara sederhana sebagai perintah, padahal ruh dari bunyi hadits itu motivasi.
Di sinilah disitrorsi terjadi. ilmu seorang mubalig ataupun dai harus menyeluruh, tidak sepotong-potong dan secara kejiwaan sudah matang.
Semangat yang berapi-api belum cukup. Biar tidak betul-betul Cuma satu ayat saja yang diketahui.
Karena, satu ayat itu memiliki korelasi yang luas, bukan Cuma dengan ayat lain, tapi juga dengan manusia, budaya, dan alam sekitar
Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang bersifat mutasyabihat (tidak tegas maknanya). Maka perlu penafsiran, perlu ilmu luas, diskusi dengan orang yang mendalaminya, agar tidak serampangan memaknai ayat Al-Qur’an.
Ayat dan hadits sudah selesai. Tak turun lagi. Sementara persoalan demi persoalan terus muncul, dan butuh pemecahan bagi umat.
Maka harus bisa melihat ayat Al-Qur'an dari sisi ruh dan tujuannya dengan mengetahui asbabun nuzul yang berhubungan dengan kondisi sosial geografis
Kekakuan dalam berdakwah disebabkan antara lain karena ilmu yang kurang, sehingga pemahamannya tunggal dan mudah menyalahkan orang lain. Inilah yang menyebabkan fundamentalisme, dan bahkan radikalisme.
Comments
Post a Comment