Misteri dokter Uni

Saya berteman di fb dengan emak satu ini. 
Dan saya terhenyak ketika tau bahwa si emak di persekusi polisi. 
Saya mencari tau apa kesalahannya dan ternyata nihil. 
Apakah orang bertanya dianggap makar.
Beberapa teman mencoba memuat tulisan sejawat dr AH, namun di tolak fb.
Saya coba juga deh,  semoga lolos.  Paling tidak biar orang tau yg sebenarnya.
Kenapa kebenaran harus dibungkam?
Siapa aktor dibelakang semua ini?
Untuk amannya,  nama ybs saya samar kan

dr Uni H telah mengarah atau diarahkan menjadi musuh negara. "The Enemy of State". Polisi telah melayangkan panggilan terkait pasal2 berbahaya atau pidana. Meski judulnya panggilan saksi, tapi tanpa tahu tersangkanya siapa, nasib Uni sedikit menakutkan.

Perkaranya sederhana. Uni diundang stasiun TV menjelaskan kenapa lebih dari 500 petugas pemilu tewas. Apa sebabnya?

Dalam jawaban Uni dihadapan jutaan penonton, kematian karena kelelahan adalah kemustahilan.
"Kalau kita bicara fisiologi, kelelahan itu kan kaitannya dengan fisik. Kalau orang beraktivitas, dia pakai gula, metabolisme. Kalau habis, capek, dia hipoglekimia, dia lapar. Kalau enggak, oksigennya dipakai, dia hipoksia, dia ngantuk. Jadi orang capek itu, dia ngantuk, dia lapar. Kalau dipaksa, dia pingsan. Enggak mati dong," kata Uni.

Sesederhananya persoalan ini ternyata disikapi lain dengan pihak pemerintah dan pendukung #01. KPU sendiri menghindari pembahasan lebih dalam soal kenapa kematian yang massal ini di buka.

Pendukung #01 memainkan strategi "Kill the messenger". Mereka mulai mencari hubungan2 Uni dengan oposisi. Dan ada yang melaporkan ke polisi,  pada 12 Mei lalu. (Dalam penelusuran kompas. com pada htps://tamsh-news.com/article/dr-uni-hasibuan-sps--pembantaian-pemilu-gugurnya-573-kpps, tidak ditemukan pernyataan Uni tentang " Pembunuhan Kimia Massal".)
Tetapi pepatah mengatakan ketika  "Kill the Messenger  But The Message  remains". Pesan yang disampaikan Uni telah diterima keluarga,  saudara dan tetangga korban. Dan bahkan ratusan juta rakyat yang penasaran.

Kenapa penasaran?

Kematian yang banyak sekali ini membingungkan sebab,  1)  Bagaimana standar kesehatan bangsa kita?
2) Mungkinkah rakyat kita  gampang mati kalau "overworked" (Kerja Ekstra) yang exhausted (melelahkan)? Seberapa besar beban kerja penyelenggara pemilu? 3. Apakah sistem kesehatan kerja dan "hubungan industrial" dijalankan? Misalnya,  apakah mereka di jamin asuransi?

Banyak sekali pertanyaan dibenak masyarakat dengan kematian yang terus menerus menghiasi berita nasional.

Memang standard kesehatan bangsa kita sangat rendah saat ini. WHO mengeluarkan rilis bahwa Indonesia dalam urutan 101 dari 149 negara, masih di bawah negara tetangga Laos, Vietnam apalagi Malaysia dan Singapore.

Mengutip survei Sun Life Financial Asia, 2017, responden Indonesia menyebutkan 6 hal  kendala utama dalam menjalani hidup sehat yaitu:
44% waktu yang kurang akibat pekerjaan,
36% distraksi, 35% besarnya biaya hidup sehat, 52% tidak rutin berolahraga,  31% selalu kurang tidur dari 6 jam/hari,28% selalu mengkonsumsi makanan tidak sehat.

Dokter Uni dalam mendalami keluhan apa dari pekerja KPPS-KPU yang tewas telah mempertimbangkan faktor standar kesehatan kita. Dan jawaban Uni adalah tidak mungkin mereka tewas karena kelelahan. Apalagi pekerjaan pemilu tidak seberat buruh2 pabrik yang bekerja siang malam di kawasan buruh Tangerang,  katanya.

Dampak pencerahan yang dicuptakan Uni,  khususnya pada saya, sebagai aktifis yang pernah belasan tahun hidup dengan kaum buruh,  tentunya  Uni telah memberikan pencerahan dari sisi rasional,  artinya dari dunia kedokteran. Pencerahan itu artinya kematian bukan soal kelelahan. Yang juga sudah saya setengah yakini sebelumnya. Tanpa dokter Uni,  saya masih tetap akan bertanya benarkah karena kelelahan?

Bagaimana Nasib Uni?

Dokter Uni menyarankan adanya investigasi lebih dalam. Menurutnya banyak kawan2nya sesama dokter mau volunteer melakukan ini. Kelihatannya ini menakutkan rezim?

Membela kebenaran bukanlah hal gampang. Galileo 303 tahun last dijatuhkan hukuman mati oleh otoritas gereja ketika mengatakan bumi mengitari matahari. Otoritas Gereja mengatakan Matahari mengitari bumi.

Bukankah Galileo lelaki sedang Uni perempuan?

Menjadi perempuan dalam dunia politik yang didominasi lelaki semakin membebani Uni. Pertama,  mungkin perempuan ditakutkan akan muncul mengimbangi dominasi. Kedua,  Uni mungkin akan muncul menjadi simbol perjuangan perempuan/emak2 ke depan.

Penutup

Uni... Uni... begitulah lagu lawas Rhoma Irama. Seorang Uni yang hanya menjadi objek cinta lelaki. Itu adalah gambaran suram perempuan Indonesia. Mungkin dulu?

Saat ini sudah muncul perempuan Uni dengan simbol kejeniusan (masuk kedokteran UI adalah tersulit di Indonesia), kecintaan pada ulama dan keberanian mengungkapkan kebenaran. Simbol baru perempuan seperti ini betul2 akan memberikan "enlightenment" buat bangsa kita,p khususnya kebangkitan perempuan Indonesia.

Selamatkan Uni Has Selamatkan Bangsa Indonesia
(Prof. KH Didin H MA)