Singa Jokowi? :)
SINGA SUDAH MENERKAM
Di akhir masa pemerintahannya di tahun 2018, Jokowi sudah teken perjanjian Mutual Legal Assistence (MLA,) dengan pemerintah Swiss. Perjanjian itu adalah pintu masuk bagi upaya RI untuk menyita dana haram senilai Rp 7.000 Triliun dan sekaligus memenjarakan pelakunya.
Itu salah satu terkaman Jokowi yang pendiam bagai singa namun selalu siap menerkam mangsanya yang merugikan negara.
Dari berbagai nara sumber, saya mencatat ada beberapa tindakan spektakuler lagi yang dilakukan oleh Jokowi, misalnya virus kanker finansial negara, Petral, sudah dibabat habis dan hasilnya adalah penghematan Rp 250 Milyar per hari bagi Pertamina. Imbas lainnya, ruang fiskal bagi kubu #02 yang di Pilpres 2014 masih gencar mendukung, kini ciut dan compang camping
Kasus mega korupsi TPPI sebesar Rp 32 Triliun oleh Honggo Wendratno yang di duga terkait dengan Hashim Djojohadi kusumo mulai diusut. Kasus TPPU yang melibatkan Bachtiar Nasir pun juga sudah mulai diperiksa dan Bachtiar jadi tetperiksa walau saat ini dia lari ke Saudi Arabia.
Dana bansos yang semula diberikan kepada pemerintah propinsi secara utuh tanpa rincian yang rawan penyimpangan dan sebagian mengalir ke kas ormas, termasuk ormas radikal, diganti sistem nya dengan kartu seperti KIP, KSM, dan sejenisnya. Ini lebih tepat sasaran dan tidak ada alokasi sama sekali ke ormas. Lha ormas-2 yang gak jelas visi & misi nya menjerit meregang nyawa.
HTI sudah dibubarkan dan FPI yang ijin nya akan berakhir bulan depan juga sudah menunjukkan tanda-2 tidak akan diperpanjang. Tamat rieayatnya. Kasus ketuanya, Rizieq Shibab masih belum di tutup sehingga setiap saat Rizieq bisa dicokok oleh aparat.
Itulah terkaman Jokowi kepada benalu-2 negara. Dan setelah diterkam pasti akan digigit dan dirobek-2 tubuhnya sampai habis jadi bangkai di era pemerintahan nya yang ke dua..
Jokowi sudah pasti menang Pilpres 2019 sebab perolehan suaranya sudah lebih dari 50% total suara pemilih. Dihitung dengan cara apapun, Prabowo mustahil mampu melampauinya.
Karena itu kubu #02 yang sudah tahu pasti kalah terus saja berulah untuk menunjukkan eksistensinya. Maksudnya agar masih dilihat cukup kuat posisi tawarnya, sehingga walaupun oposisi tapi masih kebagian rezeki.
Kalau oposisi total pasti kering secara finansial. Apalagi investasi politiknya di pertarungan 2019 ini tidak mendapat dukungan dana dari duit Petral seperti di Pilpres 2014 lalu.
Siapa tahu dengan masih tampil garang mendeligitimasi KPU, Jokowi agak lunak sikapnya. Misalnya untuk dana haram yang disimpan di Swiss hanya duitnya saja yang disita, sedangkan pelakunya dibebaskan dari tuntutan hukum.
Coba kita cermati bersama bagaimana endingnya
----------------------
Herry Soebhiantoro
Comments
Post a Comment