Alasan untuk membully Gubernur Indonesia?

Banjir, Kenapa DKI (Abas) Di Bully Sedangkan Jabar (RK) Tidak ???

Pribahasa yg cocok untuk menggambarkan fenomena ini adalah "Siapa menabur dia akan menuai".

Mungkin faktor inilah yang membuat betizen gemes dan gatel untuk membully Abas.

1. Jakarta adalah ibu kota negara, merupakan miniatur sekaligus sebagai wajahnya Indonesia, jadi wajar bila seluruh rakyat Indonesia menyorotnya. Jakarta merupakan cerminan Indonesia secara keseluruhan, yg pertama kali dilihat oleh bangsa lain adalah Jakarta bukan Jabar ataupun daerah lain. Bila Jakarta terkesan kumuh dan semerawut maka Indonesia akan digambarkan sebagai negara kumuh dan senerawut.
Mungkin orang tidak akan peduli bila ada bisul di pantat tapi akan peduli kalo ada komedo di di hidung, nah yg dilakukan Abas itu bukan hanya komedo tapi tompel nemplok di jidat terlihat dengan jelas.

2. Ingatan kita masih merekam dgn jelas cara Abas mendapatkan jabatan tersebut, para pendukungnya menggunakan isu SARA dalam mendulang suara, agama dijadikan alat untuk mempengaruhi pemilih, ayat dijadikan senjata untuk mengancam pemilih bahkan mayat pun ikut diancamnya, pernyataan rival pun diplintirnya diseret-seret ke dalam kasus SARA.
Akibatnya terjadi polarisasi dan perselisihan di grass root, bukan hanya warga Jakarta yg terbelah tapi seluruh rakyat Indonesia Indonesia terbelah, sampai detik inipun masih berlangsung. Kontestasi politik bukan lagi sebagai ajang untuk memilih pemimpin berdasarkan prestasi, qualitas, kapasitas, kapabilitas dan kinerjanya, tapi oleh kaum bigot yang mabok dogma diseret-seretnya menjadi masalah agama.
Semoga peristiwa ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk para politikus supaya tidak memainkan SARA, karena sebagian masyarakat kita belum dewasa dalam menyikapi perbedaan dalam berpolitik.
Saya sebelumnya termasuk orang yg tidak peduli terhadap dunia politik bahkan cenderung apatis, tapi setelah peristiwa ini dan akibat yg ditimbulkannya yg sudah menjadi trigger terjadinya perpecahan antar sesama anak bangsa, maka saya mulai rajin menulis di medsos untuk menyuarakan kegalauan dan kekhawatiran saya akibat peristiwa tersebut.

3. Yang digantikan Abas itu Ahok, jadi wajar bila publik berharap supaya Abas bisa melebihi prestasi dan kinerja yg sudah ditorehkan Ahok.
Di era Ahok Balai Kota terbuka utk mengadukan keluh kesah warga, setiap rapat baik soal anggaran ataupun membahas kebijakan publik, warga bisa menyaksikannya secara gamblang lewat youtube, di era Abas Balai Kota tertutup rapat seolah menjadi tempat yg angker yg tidak bisa dikunjungi warga, rapat yg membahas anggaran maupun membahas kebijakan publik cenderung rahasia dan penuh misteri tau-tau keluar mata anggaran dg jumlah yg aneh dan munculnya kebijakan publik yg nyeleneh.
Di era Ahok dana CSR dan denda perusahaan yg melanggar disulapnya menjadi sarana publik berupa RPTRA dan simpang susun semanggi di era Abas dana tersebut ghoib penggunaannya entah di pakai apa.
Di era Ahok tempat lokalisasi dan premanisme seperti Kalijodo disulapnya menjadi tempat untuk rekreasi warga, diskotik dan tempat hiburan malam yg melanggar yg disinyalir menjadi tempat peredaran narkoba ditutupnya.
Di era Abas malah diberi penghargaan walaupun akhirnya dibatalkan setelah diprotes kiri kanan.
Di era Ahok dibangunnya rusun sebagai tempat hunian bagi warga yg gak mampu, di era Abas membangun rusun yg tidak mungkin kalangan bawah mampu membelinya, bahkan hanya utk sekedar menyewa pun tidak akan sanggup.
Seandainya Abas mampu menyamai prestasi dan kinerja yg sudah ditoreh kan Ahok, saya yakin bully itu akan berhenti dgn sendirinya.
Tapi yg terjadi jangankan menyamai hanya sekedar mendekati saja belum mampu Abas lakukan.

4. Abas terlalu banyak bicara, berteori dan beretorika tanpa mampu menghasilkan karya nyata yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh warga Jakarta. Setiap ada  permasalahan yg terjadi bukan solusi dan jalan keluar yg dia tawarkan tapi dia lebih sibuk mencari pembenaran yang ujungnya mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Pernyataan2 dia itu kadang aneh nan absurd yg justru menjadi trigger dan memancing orang untuk mem bully nya.

5. Untuk pengendalian banjir, Jakarta sudah menjalankan program normalisasi mulai dari pengedukan dan perluasan waduk, peluasan dan pendalaman kali, membuat sodetan, membangun deep tunnel, membuat tanggul semuanya terintegrasi supaya aliran air tidak terhambat, tapi oleh Abas sejak 2017 semua itu dihentikan dia ngotot dengan program naturalusasinya.
Program normalisasi dihentikan tapi program naturalusasi pun tidak pernah dia kerjakan.
Pemerintah daerah itu perwakilan dari pusat seharusnya program kerjanya harus selaras dan mengikuti arahan pusat supaya terjadi  kolaborasi dan bersinergi bersama-sama membangun untuk kemajuan bangsa.

6. Kebijakan Abas pun kadang suka nyeleneh mulai dari bongkar pasang trotoar, trotoar dijadikan lapak pedagang kaki lima sampai jalanan ditutup dijadikan pasar kaget pedagang kaki lima Tanah Abang.
Dalam membangun sarana publik orientasinya bukan apa yg dibutuhkan publik tapi lebih ke estetika.
Contoh, dia menghabiskan dana 56 M hanya untuk merevitalisasi 3 JPO dengan alasan supaya tampak indah dan istragammable padahal fungsi JPO itu hanya untuk penyebrangan orang malah dia sulap menjadi studio photo sipaya orang bisa selfie.
Mungkin dana tersebut akan jauh lebih bermanfaat bila digunakan untuk hal yg lain.

Sedangkan Jabar(RK) tidak di bully karena

1. Pendukung RK tidak pernah menggunakan isu agama dgn jualan ayat apalagi mengancam mayat dalam memenangkan pilkada kemarin.

2. Yang digantikan RK itu Aher yg berkuasa selama 10 tahun tapi tidak terlalu banyak membuat perubahan yg berarti untuk Jabar dalam arti biasa2 saja tidak ada yg istimewa. Yang paling mencolok peninggalan Aher itu hanya menjamurnya sekolah Islam Terpadu di seluruh Jabar.

3. RK jarang membuat pernyataan yg gak perlu, dia lebih fokus bekerja untuk menunaikan janji politiknya. Kalau timbul permasalah RK tidak pernah mencari pembenaran apalagi mencari kambing hitam untuk menimpakan kesalahan tersebut.

4. Dalam menanggulangi banjir RK cukup proaktif dan berkolaborasi dgn pusat bersama-sama bahu membahu.

5. RK tidak pernah membuat kebijakan yg aneh2 dan nyeleneh.

Ibenk Rohmansyah

https://www.facebook.com/100000123591018/posts/3213823408631747/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan