Pohon cemara, lambang agama Kristen?
POHON CEMARA KOK KRISTEN
" Kang, tolong pohon Kristen di samping masjid itu ditebang?” pinta Kiai Bakar pada seorang santri.
Santri yang disuruh bingung, tengok kanan tengok kiri. “Pohon Kristen? Apa maksudnya? Lagian itu pohon kesayangan Kiai Ahmad. Beliau sendiri yang nanem tiga tahun lalu,” gumam santri dalam hati.
“Iya, pohon cemara itu. Tebang segera. Iku pohon Kristen!” tukas Kiai Bakar lebih tegas.
Setelah mengulangi perintahnya, sang kiai melangkah menuju rumah. Sementara si santri diam sesaat, pandangan matanya ke atas, menelusuri pohon cemara. “Sebelum nebang cemara itu, aku harus minta izin Kiai Ahmad.”
“Punten Kiai. Kulo disuruh Kiai Bakar nebang Cemara. Pripun?” kata santri pada Kiai Ahmad.
“Hah? Cemaraku ditebang. Wit-witan apik ngono arep ditebang? Kenapa?” Kiai Ahmad kaget.
“Nganu Kiai. Kulo disuruh Kiai Bakar. Katanya pohon cemara itu pohon Kristen,” ujar santri.
“Hah? Pohon Kristen?? Ada-ada saja Kiai Bakar itu, wit-witan nganggo agomo mbarang. Pohon Kristen lagi, ngga ono iku. KTP saja tidak punya kok. Gak usah ditebang. Nanti saya jelasin ke Kiai Bakar."
"Punten Kiyai, benar sampayan nyuruh santri untuk nebang pohon cemara itu ?", tanya Kiayi Ahmad pada Kiyai Bakar.
"Benar, Kiyai..."
" Wit-witan apik ngono arep ditebang, kenapa ?"
"Itu pohon kristen ", jawab Kiyai Bakar
"Waduh... sejak kapan pohon beragama, Kiyai ?"
"Lha itu yang dibuat pohon natal atau duplikatnya itu kan cemoro, Kiyai "
"Oh... Kalau begitu pohon kelapa yang sampeyan tanam di belakang pesantren mesti di tebang juga"
"Kok ?"
"Lha iya. Karena janur kelapa suka dipakai untuk upacara adat agama Hindu. Berarti itu pohon hindu ! ".
Kiyai Bakar terdiam.
"Sekalian kerudung santri-santri putri yang bentuk segitiga itu dibakar semua ", lanjut Kiyai Ahma
"Kok ?"
"Lha iya. Karena segitiga itu simbol yahudi".
Kiyai Bakar terdiam lagi.
"Sekalian juga pesantren ini dirubuhkan saja", lanjut Kiyai Ahmad lagi.
"Kok mbrentek tekan endi-endi,Kiyai ?", ucap Kiyai Bakar kaget.
"Lha iya. Karena kuda-kuda penyangga atap bentuknya palang paték seperti salib", jelas Kiyai Ahmad.
Kembali Kiyai Bakar terdiam.
"Mbok kita itu jangan membuat generalisasi suatu kasus yang tidak ada kaitannya. Yang penting itu substansinya; Cemara biso kanggo ijon-ijon ben seger ning mripat; jilbab sebagai penutup aurat; kuda-kuda bangunan bentuk salib sebagai penyangga atap gedung agar kuat... Apalagi pohon kelapa, banyak yang bisa kita manfaatkan dari pohon yang satu itu", tutur Kiyai Ahmad menasehati.
Kiyai Bakar tersenyum manggut-manggut sambil mengelus-ngelus jenggotnya.
Kemudian dia berhenti mengelus-ngelus jenggot dengan raut wajah kaget, karena dia ingat kalau santa claus juga berjenggot.
Namun segera Kiyai Bakar tersenyum kembali, karena dia tahu kalau jenggot juga tidak beragama 😂 😂 😂
#JadilahBijakDalamBerpikir
Comments
Post a Comment