Tolal propaganda toleransi ala China

*Tolak Propaganda Weapon China*

3 tahun silam saya menulis kritik dalam Surat Terbuka kepada Kapolri atas pernyataannya saat itu tentang bahwa hanya 2 Ormas Islam besar sajalah yang berjasa mendirikan negara ini.

Tulisan itu menjadi viral dan ternyata membuat salah satu Perwira Polri ingin mengajak saya diskusi.

Handphone-pun berdering saya diminta hari itu juga pesan tiket ke Jakarta pergi-pulang namun saya tolak karena saya tidak bisa diminta mendadak meskipun begitu saya komitmen akan menemui dan saya yang menentukan waktu.

Beberapa waktu kemudian sepulang dari Pekanbaru saya pulang kampung (Cibubur-Jakarta) dan menyempatkan waktu ke Trunojoyo mencari Masjid di kantor itu untuk laporan ke langit di waktu Dluha memohon kekuatan dan perlindungan Robbul alamin.

Setelah itu saya menghubungi mediator dan dia terkejut ternyata saya sudah duduk tenang di ruang Kantornya berbekal info petugas piket saat itu.

Qodarallahu Perwira Polisi dari Kepala salah satu Bagian Institusi ini -yang sebelumnya ingin berdiskusi- ada kegiatan lain dan berada di suatu tempat di Jakarta Utara sehingga saya di temui Wakilnya yang kini menjabat sebagai Kapolda di Propinsi kedua terbesar di Indonesia.

Beliau menyambut ramah dan bercerita tentang beberapa Tokoh Islam -tidak perlu saya sebutkan disini- yang "dikirim" ke China kemudian -katanya- memuji muji Pemerintah China atas "toleransi" yang diberikan kepada seluruh penganut agama yang ada disana terutama Islam.

Ternyata -lanjutnya- meskipun China itu komunis, sangat menghormati keyakinan umat beragama.

Saat itu juga saya tidak yakin dengan penuturannya. Karena mempercayai kebijakan komunis adalah sebuah kesalahan fatal terutama bagi siapapun yang merasa sebagai Warga Negara Indonesia. Saya juga tidak sepenuhnya yakin kalau para Tokoh Islam yang disebutkannya mengatakan hal itu atau bahkan semua meng-amin-i propaganda weapon China. Kalaupun ada -na'udzu billahi min dzalik- layak jika disebut sebagai duri dalam daging, slilit dan kaki tangan imperialisme baru yang mengintai Indonesia.

Namun yang mengejutkan, beliau merencanakan akan memberangkatkan saya ke China untuk membuktikan kebenaran ucapannya namun -tentu saja- saya tolak karena saat itu juga terbayang di pelupuk mata, wajah wajah saudara seiman Uyghur yang kebebasannya di rampas berdasarkan berita viral di media sosial termasuk rilis Lembaga Kemanusiaan Internasional PBB yang tidak di gubris Pemerintah China.

Hari itu -dan semoga seterusnya- saya telah diselamatkan Allah dari tipuan mesin propaganda PKC (Partai Komunis China) yang mampu membeli siapapun untuk sukarela menjadi juru bicara tentang China yang "santun", tipuan yang melampaui fatamorgana.

Ternyata setelah upaya penutupan informasi kedzaliman ini jebol ke publik menyeruak tak terkendali di seluruh sudut jagat raya, munculah para munafiqun menjadi juru bicara kedzaliman mengatakan bahwa hal itu adalah bagian dari antisipasi dan perang terhadap teroris dan "pembinaan" agar tidak menjadi radikal, sebuah narasi klasik nan usang yang masih saja digunakan.

Para MGB (Marsose Gaya Baru) ini menjadi proxy China melawan Rakyat Indonesia dari Umat Islam mayoritas yang siaga satu.

Disini saya ingin menasihati diri dan saudara saudara saya yang dibelakangnya Umat mengikuti. Mari kita perbaiki hubungan kita dengan Allah sekuat tenaga dan selalu waspada serta saling mengingatkan satu sama lain diantara kita dengan cara yang mempersatukan bahwa TIDAK ADA MAKAN SIANG GRATIS.

Penjajah memiliki pola yang sama dalam :
1. Membeli jiwa yang rapuh.
2. Menawan Tokoh Publik dalam jebakan kasus.
3. Menanamkan permusuhan antar Umat Islam dan Tokoh-tokohnya.
4. Memberikan harapan palsu dalam kemasan kata kata yang memikat.
Sebelum musuh meng-aktivasi penjajahan sesungguhnya.

Maka menghadapi hal ini Umat Islam wajib :
1. Kembali ke jalan Allah dan hanya bergantung kepada-Nya.
2. Menguatkan komunikasi internal lintas Ormas yang saat ini sudah menemukan bentuknya.
3. Tidak mudah mempercayai propaganda musuh tentang dirinya juga provokasi musuh agar kita menghantam saudara sendiri.
4. Mempersiapkan diri dalam Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta untuk untuk situasi terburuk yang dalam Syari'at Islam tersebut dalam Surat Al Anfal : 60.
5. Membela siapapun yang terzalimi melalui advokasi, statement, tagar untuk informasi opini publik yang legal dan terbuka.

Saat Umat Islam siap, maka musuh akan mendapatkan apa yang disebutkan Soegiarso Soerojo dalam judul bukunya : SIAPA MENABUR ANGIN AKAN MENUAI BADAI.

Ketika Umat Islam siap, maka musuh akan sadar apa yang pernah diungkapkan KH. Rahmat Abdullah : SIAPA YANG LAHIR DI TENGAH BADAI TIDAK AKAN  BISA DI TAKUT TAKUTI OLEH KILATAN PETIR.

Umat Islam itu cinta damai. Ini sudah ajarannya sejak lama dan mendarah daging. Namun Umat Islam siap perang -bahasa agamanya : Jihad fie Sabilillah- jika kedzaliman musuh dan kaki tangannya mencoba merusak negeri ini dengan penjajahan. 

Karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa maka wajib kita membela Bangsa Uyghur dari penindasan dan penjajahan China.

Kita buka mata dunia dan sumbatan yang menghalangi pendengarannya bahwa telah terjadi bencana kemanusiaan di Palestina, Suriah, Rohingya dan lain lain negeri-negeri muslim  yang terluka termasuk Uyghur yang meratap.

Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk sadar akan hal ini. Cukup anda menjadi seorang manusia.

Sekian !

Pesisir Pantura Lamongan,
Rabu, 21 Jumadil Ila 1441 H.
18 Desember 2019

From Sedayulawas With Love

الفقير إلى مغفرة ربه
Azhari Dipo Kusumo

https://www.facebook.com/100038240195877/posts/153436332607706/

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan