BANGUN PERTANIAN DAN PETERNAKAN KITA DAN PULANGKAN ORANG DESA ( KORBAN PHK) YG DI KOTA

BANGUN PERTANIAN DAN PETERNAKAN KITA DAN PULANGKAN ORANG DESA ( KORBAN PHK) YG DI KOTA

Oleh NSD

Setelah saya amati, dalam kondisi sekarang yg tdk terpukul itu usaha Pertanian, Perkebunan dan Peternakan.

Buktinya apa? Di desa kita cari tenaga utk garap sawah atau kebun masih susah padahal potensinya luar biasa, dab  hasil pertanian, perkebunan  serta peternakan dalam kondisi krisis sekarang  sangat dibutuhkan rakyat.  Orang bisa gak ke mal, tapi orang gak bisa kalau gak makan.

Bencana Covid 19 ini utk Indonesia, sebetulnya ada hikmah yg terselubung. Pemerintah seperti diingatkan Allah SWT, bangunlah Indonesia dari mulai bawah, jangan  membangun yg muluk2 dng  industri  yg canggih2 dulu, termasuk anak2 muda yg semua sekarang tergila -gila turun berlomba  menggarap perusahaan -perusahan IT ( Start up) namun semua akhirnya rontok oleh Corona.

Depnaker sudah mencatat 1,9 juta rakyat Indonesia yg terkena PHK, dan pasti akan banyak lagi. Ironisnya kita yg usaha di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan sulit sekali mencari tenaga kerja.

Selama ini anak -anak muda lebih senang menjadi TKI, atau bekerja di kota menjadi buruh2 pabrik, atau menjadi pelayan toko dll. Sementara para sarjana sudah otomatis meninggalkan desanya, termasuk yg Insinyur Pertanian lebih memilih menjadi Pegawai Bank , Wartawan , atau bekerja di bidang IT.

Padahal sekarang bekerja di sektor pertanian , perkebunan dan peternakan itu, di desa - desa itu gak dibayar murah kok, utk buruh tani itu 50-60 ribu per hari  atau  1,5 -1,8 juta per bulan bersih ( makan ditanggung pemilik sawah/kebun). Di desa dengan uang segitu  bisa makan tiga kali, bisa nyicil motor, bisa nyekolahkan anak ,  bisa buat rumah dll.
 
Di pabrik mungkin anak -anak lulus SLTA dapat gaji 2-3 juta/ bulan, tapi hitung berapa utk bayar  kos, berapa utk makan, berapa utk transport dll, bersihnya paling gak bisa nyimpan 500 ribu per bulan. Nah sekarang banyak pabrik2 yg mem-PHK karyawannya, akhirnya mereka kena PHK, dan mau pulang juga bingung karena gak ada ongkos, apalagi yg sudah berkeluarga.

Saya menyarankan ke Pemerintah, bikinlah gerakan "Kembali ke Desa", orang -orang yg sekarang di PHK dan masih bingung di perkotaan fasilitasi utk pulang ke desanya, dan berikan modal utk memulai usaha UMKM  misalnya membuat camilan dengan packaging yg bagus spy nanti bisa dipasarkan ke kota, bahkan di eksport. Dan mereka yg tdk punya keahlian bisa bekerja di bidang pertanian, peternakan dan perikanan.

 Pemerintah  mustinya bisa mendukung pengembangan bidang  pertanian, perkebunan dan peternakan, dengan  memberi subsidi di bidang pupuk, benih, obat2 an , pakan dan BBM  ( solar utk diesel air) .

Percayalah kalau ini dijalankan, maka kita akan mandiri  di bidang pangan.Gak akan  ada  lagi beras impor, gula impor, bawang putih impor, bawang bombay impor, kedelai impor , daging impor dll, Insyallah kita akan mandiri di bidang pangan.  

Utk pengembangan UMKM tak hanya makanan camilan dengan basis bahan baku di desa yg bisa dikembangkan,  tapi  juga bisa membuat  pernak -pernik berbahan alami. Namun karena UMKM ini persoalannya pada akses pemasaran, maka pemerintah bisa membantu pemasaran sampai dengan ekspor.

Bisa jadi selama ini kita kwalat, melupakan sektor pertanian  yg sebetulnya oleh Allah diberikan sangat subur tanahnya dan didukung iklim yg hanya dua musim. Bayangkan Belanda saja sampai 350 tahun menjajah Indonesia hanya utk mengambil palawija ( pertanian), kenapa kita  satat merdeka malah meninggalkan potensi alam  ( pertanian dan perkebunsn) yg luar biasa. 

Kita malah asyik menyilap tanah -tanah  sawah yg subur menjadi kawasan industri atau perumahan dan membangun  kota -kota baru.

Ayo kembali jadi petani, buka lahan -lahan baru. Di jaman Pak Harto sebetulnya sudah akan dibuka lahan besar -besaran utk pertanian di Kalimantan dan Sumatra, tapi keburu direcokin IMF, malah disuruh ninggalin  membangun sektor pertanian dan akhirnya kita terjungkal sampai sekarang.

Ingat negara -negara maju gak ingin kita maju dan juga gak mau kita punya pertanian yg maju  kayak mereka, makanya kita diprovokasi utk hanya mikir industri -industri pabrikan, sebab kalu kita menjadi negara yg mandiri pangan, maka kita akan menjadi negara yg  sangat kuat.

Terakhir sy pernah dibisikan teman saya seorang manajer investasi, China itu sudah lama ngiler dengan tanah -tanah kita, karena tanah hutan yg katanya gak bisa dijadikan lahan pertanian, ternyata di China sdh mampu mengubahnya. Bayangkan kalau jutaan hektar itu ternyata jatuh lagi ke petani asing, kita mau "duduk" dimana?

Ayoo kawan -kawan yg sekarang jadi korban PHK jangan gengsi utk pulang ke desa jadi petani. Kita selama ini sektor  partaniannya  gak bisa maju karena sulit mencari tenaga. Nah utk kawan -kawan, Anda kalau bekerja di sektor pertanian  gak harus macul kayak bapak kalian dulu, sekarang semua bisa dijalankan dengan mesin, jadi Anda tinggal jadi operatornya.

Mari pulang ke Desa dan Mbangun Deso!!! Dan pemerintah tolong fasilitasi rakyat utk Pulang ke Desa dan bantu mereka utk bisa Membangun Desanya.

Saya gak sekedar ngomong, setahun lalu meski awalnya terpontal -pontal, karena tanpa bantuan pemerintah, saya sdh mengubah tanah-tanah yg dulu disewa pabrik,  sekrang kami garap sendiri, namun kami kasulitan mencari tenaga, pupuk yg masih mahal dan juga benih,  serta harga komoditas pertanian yg masih ke hajar produk impor, sehingga harganya masih murah.

Tahun pertama tanam jagung kami ( saya dan tim)  merugi katena serangan hama, namun kami tdk pantang menyerah , sekarang kami menanam padi dan Insyallah sebentar lagi panen. 
 
Mengapa saya banting sektor ke  sektor Pertanian? karena di luar Corona, waktu itu banyak pihak yg sudah memprediksi bakal terjadi krisis pangan, dan hanya negara yg punya persediaan pangan yg akan kuat bertahan.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2874638739272061&id=100001778900270

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam