Mundur Setelah Disindir
Mundur Setelah Disindir
Hanya lima bulan, terhitung sejak Desember 2019, Adamas Belva Defara menyandang status sebagai Staf Khusus (stafsus) milenial presiden Jokowi. Hari ini, istana secara resmi menyampaikan bila CEO Ruang Guru itu sudah mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai stafsus sejak 17 April lalu, dan presiden bisa memahami itu.
Beberapa hari terakhir, lelaki berusia 29 tahun itu memang jadi sorotan. Ia disindir publik karena startup miliknya terpilih menjadi mitra pelatihan program kartu prakerja. Jebolan 3 universitas bergengsi di Amerika Serikat itu ditengarai memanfaatkan posisinya untuk mendapat “proyek” prakerja. Konflik kepentingan disematkan padanya.
Belva tak mau terus-terusan jadi bulan-bulanan publik. Secara terang-terangan, ia memilih mundur meninggalkan kursinya sebagai stafsus, sekaligus gaji yang konon berkisar Rp50 juta. Lewat unggahan instagramnya, Belva mengaku bahwa pengunduran dirinya guna menghindari persepsi publik mengenai program tersebut dan keterlibatannya sebagai stafsus Jokowi.
Jujur, saya mengagumi sikap ksatria anak muda ini. Meski ia sudah dibela Kementerian Koordinator Perekonomian dan Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja (PMO), bahwa proses verifikasi semua mitra Kartu Prakerja berjalan sesuai aturan, dan tidak ada keterlibatan yang memunculkan konflik kepentingan, tapi milenial ini tak mau kecurigaan itu terus menerus membebaninya.
Keterlibatan perusahaannya sebagai mitra pelatihan penerima maanfaat kartu prakerja mungkin murni profesionalitas, dan bukan karena ia berada di lingkar istana. Tapi di negeri ini, hal-hal semacam itu kadang sulit diterima. Jutaan pengunduh aplikasi ruangguru, lalu mengikuti program belajar cerdas yang ditawarkan, adalah garansi bahwa anak muda ini memiliki kemampuan bidang digital delivery of public services.
Sikap gentleman semacam ini masih sulit ditemukan dari para pemegang posisi penting di negeri ini. Anda boleh menyoroti siapapun pejabat yang dianggap keliru mengambil kebijakan, tapi jangan pernah berharap ada yang secara ksatria mengakui kekeliruan, apatah lagi meninggalkan kursinya. Dengan segenap cara, jabatan harus tetap dipertahankan.
Sosok Belva, dalam usianya yang masih belia mungkin memang salah, setidaknya dalam anggapan publik, tapi hanya mereka yang berjiwa ksatria yang mau mengakui dirinya salah. Mengundurkan diri itu adalah bonus luar biasa. Belva seperti mengirim pesan integritas dan idealismenya sebagai anak muda masih dijunjung tinggi.
Apakah kemudian masalah selesai? Tentu tidak. Kendati Belva keluar dari istana, perusahaanya sudah kadung masuk sebagai mitra prakerja. Andai saya jadi Belva, agar namanya sekalian bersih dari tudingan, kerjasamanya dengan pemerintah lebih baik sekalian diputus juga. Tidak ada yang lebih bernilai dibanding kepercayaan dan integritas.
Negeri ini boleh punya banyak catatan keteladanan pahlawan, tapi sangat jarang kita melihat ada tokoh publik yang secara etik menyampaikan bahwa ia bersalah dan bersiap menanggung konsekuensi dari kekeliruan itu.
Nah, satu lagi stafsus Jokowi yang ditunggu itikad baiknya. Ia adalah Andi Taufan Garuda. Bos PT Amarthan Mikro Fintek (Amartha). Anak muda ini ketahuan menyurati camat se Indonesia, dengan kop Sekretariat Kabinet, agar perusahaanya diberi akses mendukung edukasi dan pendataan kebutuhan alat pelindung diri (APD) demi melawan wabah virus corona (Covid-19) yang dilakukan perusahaanya.
Andi Taufan sudah menyampaikan permohonan maaf terkait surat tersebut, sekaligus menarik surat itu secara resmi. Kendati begitu, ia belum menentukan sikap apakah bertahan di istana atau mengikuti jejak koleganya untuk sekalian hengkang. Desakan agar Presiden Jokowi memberhentikan Andi Taufan dari jabatannya kini ikut bermunculan.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah asas hukum berbahas latin...“Errare humanum est, turpe in errore perseverare” yang berarti membuat kekeliruan itu manusiawi,namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan.(***)
#Penulis Amatir, Penyuka Kopi#
https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=3283484265046775
Comments
Post a Comment