Para astronom yg terlibat dalam penentuan hilal rukyah

Selamat menjalankan puasa ya temans. 

Ada sedikit ganjalan yang kalau gak disampaikan bakal jadi udun. Kalau disebar berpotensi jadi masalah. Bagi yang puasa dan merasa gak kuat hati mending gak usah lanjut baca ini. 

Sampai kapan semua hal harus disimpan seakan tak ada masalah tapi dibelakang mencibir dan meremehkan? 

Tenang... Ini bukan ngajak gosipin artis ataupun tetangga. 

Cuma mau sedikit komentar tentang penentuan 1 Ramadhan 1441H baik di Indonesia maupun di Jepang. 

Indonesia. Semua pengamat hilal profesional sebenernya pesimis hilal bisa teramati melihat kondisi hilal yang terlalu muda, terlalu tipis, posisinya terlalu dekat ke matahari. 

Tapi luar biasa.... Saya selalu salut dengan mereka. Meskipun kondisi hilal tidak memungkinkan namun tidak menyurutkan semangat merukyat. Segala persiapan dilakukan. Semua peralatan canggih dikeluarkan. 

Pengamatan hilal di Observatorium Bosscha misalnya. Saya tahu persis bagaimana seriusnya mereka mempersiapkan teleskop yang didesain khusus agar bisa lebih tajam menangkap citra hilal. 

Dibagian depan teleskop dipasang selongsong panjang agar bisa menghambat cahaya matahari. Filter yang digunakan pun bukan sembarangan. Operator teleskopnya bukan sekedar orang-orangan. Astronom best of the bestlah menurut saya. Karena saya tahu betul orang ini gak makan gak tidur mikirin gimana bisa mengolah citra hilal secara real time. 

Demikian juga teman-teman dari BMKG, RHI, tim falakiyah NU seluruh Indonesia, Persis,  Universitas-universitas Islam, dsb. Semua mempersiapkan segalanya dengan sebaik-sebaiknya. 

Meskipun hasilnya bisa ditebak... Hilal tidak terlihat. Hampir semua prediksi visibilas hilal memang mengatakan bahwa tanggal 23 April hilal mustahil dilihat baik dengan alat apalagi mata telanjang untuk wilayah yang sebujur dengan Jepang dan Asia Tenggara. 

Bukan itu saja tantangan mentalnya. 

Pengamat lain dengan mata telanjang dan teleskop seadanya memberikan kesaksian telah melihat hilal. Sayang tidak ada bukti foto hilalnya. 

Saya juga tahu persis... Sidang Isbat tidak pernah meminta bukti foto hilal. Selama pengamatnya telah memenuhi syarat dan sudah disumpah maka kesaksian melihat hilal akan selalu diterima. 

Tapi... Apa gunanya menghadirkan para pakar astronomi dsb? Cuma buat pajangan dan keren-kerenan? Kenapa gak pernah dimintai pendapat untuk menentukan apakah kesaksiannya masuk akal atau tidak?

Sampai kapan blunder ini akan dilanjutkan? 

Memangnya masalah kalau 1 Ramadhan tanggal 24 April? Tidak. 

Bulan Sha'ban per tanggal 23 April baru masuk hari ke 29. Artinya kalaupun 24 April baru Ramadhan, Sha'ban tetap tidak akan lebih dari 30 hari. 

Selain itu kalaupun Ramadhan 24 April apakah kita akan puasa 28 atau 31 hari? Tidak juga. 

Syawal insha'Allah tanggal 23 Mei. Sehingga puasa akan terhitung 29 hari kalau baru dimulai 25 April.  

Saya tidak tahu kenapa ada kesan ingin puasa barengan. Kalau memang harus beda juga gak masalah. Justru aneh kalau dipaksakan harus sama seluruh dunia. 

Sumpah... Ini rekor baru dunia. Tapi sayangnya gak ada yang tertarik memberitakan atau mengulas lebih jauh. 

Entah karena merasa inferior sebagai rakyat negara berkembang yang notabene tak punya kemampuan yang mumpuni atau memang menganggap pengakuan ini adalah sebuah lelucon yang gak perlu ditanggapi seriously. 

Slow down tarik nafas. Kita positif thinking aja.. 

Memang benar... Pengamat yang handal dan terlatih akan punya sensitifitas mata yang lebih tajam saat melihat benda langit. 

Keterampilan ini bisa dilatih. Ada teorinya. 

Sehingga para pengamat hilal di Condrodipo, Pasuruan, dan Bekasi yang telah berhasil hilal dengan mata telanjang dan teleskop seadanya bisa jadi memang punya sensitivitas mata yang unggul dari lainnya. 

Bisa jadi.... 

Oleh karena itu gak ada salahnya mengundang mereka untuk memberikan seminar kiat-kiat mengamat hilal dengan mata telanjang 100% sukses. 

Sepanjang saya menekuni bidang hilal, pengamat dari Condrodipo memang selalu memecahkan recor dunia. Ini suatu hal yang sangat luar biasa menurut saya. Tapi sayang kenapa gak pernah diambil serius. 

Sekali lagi saya mencoba untuk positif thinking aja. 

Jepang. Jujur aja saya kurang sreg dengan keputusan komunitas muslim Jepang untuk lebih memilih mengikuti Malaysia untuk masalah penetapan 1 Ramadhan. 

Secara posisi bujur Jepang lebih dekat dengan Brunei Darussalam atau Indonesia. 

Sehingga logisnya kalaupun ingin mengikuti negara terdekat harusnya lebih condong ke Brunei atau Indonesia. 

Secara keilmuan saya tahu betul Indonesia punya ahli hisab maupun rukyat yang handal dan mumpuni. 

Kalaupun mengacu ke Malaysia... Seperti apa pengamatan hilal disana? Who knows? 

Kalaupun ingin ngikut Malaysia kenapa jadwal sholat gak sekalian ngikut juga kesana? Kenapa pakai acuan waktu sesuai lokasi bujur? Inkonsisten. 

Entahlah... Mungkin merasa inferior atau ada alasan lainnya sehingga tidak menjadikan Indonesia sebagai acuan. 

Yo wis apapun itu selamat menjalankan ibadah puasa... Mohon maaf lahir dan batin. 

*Lagi berhalangan jadi belum puasa 😬

https://www.facebook.com/1428354522/posts/10222732648451341/

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Pengetahuan Anda! TAHUKAH ANDA?

Menyambut Ramadhan

Mencampuradukkan ajaran agama lain ke dalam Islam