Gaya makan dan pola sehat
"Kamu jangan gaya mau niru Bu Eka. Bu Eka itu tenaga kuda. Kamu itu tenaga ayam"
Saya ngakak so hard. Denger teman menceritakan ulang nasihat dari suaminya. Tenaga saya kayak kuda? OMG 🤣
Sebagian orang yang tahu langsung keseharian saya memang heran darimana tenaga saya yang kayak gak ada habisnya. Bahkan suamiku sendiri juga heran 😂😂.
Sebenernya gak ada yang istimewa. Saya mewarisinya dari kedua orang tua. Dari mereka berdua saya mewarisi kesehatan dan tenaga yang prima. Orang tua saya gak pernah sakit yang aneh aneh. Paling kecapekan, batuk pilek aja. Orang tua saya sangat menjaga pola makan dan gaya hidup.
Memangnya pola makannya seperti apa? Orang tua saya makan apa saja, asal sehat. Kalau bisa yang gak banyak pengawet, pewarna, atau bahan bahan kimia. Gak pernah ngemil. Di rumah gak pernah ada cemilan.
Bapak saya gak pernah bisa diam. Kalau diam malah sakit. Dari subuh sudah bangun. Ngurus sawah. Saya pun melakukan hal yang sama. Bisa dibilang saya pun mewarisi gaya hidup mereka. Dari sebelum matahari terbit saya sudah bangun. Melakukan aktifitas fisik di luar rumah. Sambil menghirup udara segar.
Makan ya makan aja. Tapi bukan untuk menuruti selera. Makan untuk sekedar menegakkan tulang punggung. Biar kuat beraktifitas.
Ibu saya gak terlalu suka masak. Tidak merasa perlu mengeluarkan energi terlalu besar, menghabiskan banyak waktu hanya untuk menuruti selera makan. Big No. Gak ada bedanya tahu dibacem sama digoreng biasa. Gak ada bedanya telur di rebus atau di goreng. Sama sama tahu sama sama telur. Dalam perut juga ujungnya diolah dengan cara yang sama.
Gak pernah bikin kue. Karena kue kuean atau segala macam kudapan sebenernya hanya enak dimulut tapi memberatkan kerja pencernaan. Tubuh gak perlu itu semua. Energi tubuh akan habis untuk mencerna makanan yang tak diperlukan. Akibatnya tubuh kehabisan energi dan menyebabkan gampang capek dan sakit sakitan.
Ya mungkin akan ada pembenaran bahwa dengan mengolah bahan makanan akan ada tambahan rempah rempah. Betul juga sih. Tapi dampaknya tidak terlalu signifikan dibanding lidah yang akhirnya hanya terbiasa makan yang enak enak saja. Belum lagi waktu banyak terbuang di dapur. Menurut ibuku itu gak bagus.
Dari kecil kami terbiasa makan tahu, tempe, telor rebus yang gak pake diolah macam macam. Sesekali aja pas ada waktu masak yang agak ribet.
"Mbak Eka ketelen makan nasi cuma pakai tahu goreng atau telur rebus aja?"
Beberapa orang komen begitu.
Kenapa enggak? Biasa aja sih. Dari kecil sudah biasa makan begitu. Alhamdulillah biasa makan sederhana. Gak picky eater juga. Justru karena gak banyak bumbu bisa ngrasain gimana rasa asli nasi. Jadi tahu apakah tahu tempe yang dimakan diolah dari kedelei berkualitas atau enggak.
Alhamdulillah lagi kebiasaan itu nurun ke anak anak. Pas emaknya kesiangan belum masak. Mereka makan nasinya aja dulu. Baru pas lauk/sayurnya mateng dimakan lauk dan sayurnya aja.
Alhamdulillah ketelen. Alhamdulillah anak anak gak picky eater juga.
Saya percaya anak anak pada dasarnya mewarisi kebiasaan orang tuanya. Kalau dari kecil dicontohkan pola makan dan gaya hidup baik, insyaallah akan kebawa sampai besar, diwariskan ke anak anak mereka kelak. Begitu seterusnya.
Kalau orang tuanya rajin, disiplin, pekerja keras. Insyaallah akan diwarisi juga oleh anak anak kelak.
Jadi jangan pernah menyerah punya kebiasan baik. Demi generasi yang lebih baik.
Dikutip dari fb: Eka P. Al Rasyid
Comments
Post a Comment