Kebo, dodo, demo dan crazy vs Islam

KEBO BODO SI DODO
by Yogie W. Abarri


Sampai mencret di celana Si Dodo, saking ngototnya dia berusaha memacu Kebo kesayangannya. Tapi tetap saja Si Didi dan kebonya melaju semakin jauh meninggalkannya.

Padahal kebonya Didi itu jalannya ya santai saja. Si Didi pun juga tampak enjoy duduk di atas punggung kebonya itu. Tak tampak berpeluh sedikitpun.

Nanar mata Si Dodo menatap bokong kebo Didi yang tak seindah bokong Kebonya.

Tak habis pikir dia, karena Kebonya yang harganya berlipat² dari harga kebo Didi, kalah dalam acara balapan sore itu.

Dan yang makin bikin Dodo jengkel, bahkan sekedar untuk keluar dari arena perlombaan berupa sawah yang penuh lumpur itu, Kebonya pun sampai harus ditarik² oleh banyak orang.

Lengkaplah sudah penderitaan.
Dasar Kebo bodo, umpat Dodo dalam hati.


Ruqyah

Dengan hati galau, selepas maghrib Si Dodo langsung bergegas menuju rumah Kang Dede, ahli pengobatan alternatif di kampungnya yang pasiennya berdatangan dari mancanegara.

Saking hebatnya Kang Dede itu, pasien stroke yang sudah menahun pun bisa mendadak langsung mampu berlari begitu mencium bau keringat Kang Dede.

Setelah diceritakan duduk perkaranya, Kang Dede rupanya jadi ikut penasaran dan lalu berinisiatif mau me-ruqyah kebo bodo Si Dodo, malam itu juga.

Hmmm... bahkan kandangnya pun mewah banget, batin Kang Dede sesampainya mereka di samping rumah Si Dodo.

Gelap di dalam kandang.
Dodo masih meraba² dinding, berusaha menemukan tombol lampu.

Akhirnya... Byaaar. Lampu menyala.

Anjay !!! Kang Dede nyaris melompat karena kaget.
Kebo yang dimaksud oleh Dodo ternyata adalah sebuah mobil Lamborghini. Dan Kebo itu ternyata adalah nama yang Dodo berikan buat menyebut mobil kesayangannya itu.

Melotot Kang Dede ke arah Dodo.

Kalau bukan karena saudara, sudah kusantet kamu sekarang.
Kamu itu yang perlu di-ruqyah, Do.
Umpat Kang Dede kesal sambil langsung ngeloyor pergi meninggalkan Dodo.


Kompetisi yang Mustahil Dimenangkan

Gak lucu ya?
Terutama bagi Anda yang sudah bisa menebak akan kemana arah pembicaraan saya ini, dijamin takkan mungkin tertawa.

Apa yang dilakukan Dodo itu memang gak masuk akal.
Bukan Kebonya yang bodo (bodoh). Tapi Dodo-nya itulah yang bodo. Karena telah menerima tantangan balapan di arena yang tak cocok dengan kendaraannya.

Siapa yang berani meragukan kehebatan mobil sekelas Lamborghini?
Akselerasinya, top.
Kecepatan puncaknya, ganas.
Kestabilannya di tikungan, mantap.

Tapi begitu itu mobil nyemplung ke sawah... Biarpun sampai mencret² Anda nginjak pedal gasnya, gak akan berkutik dia bila dibandingkan meski hanya dengan seekor kerbau yang harganya tak seberapa itu.

Itu adalah kompetisi yang mustahil dimenangkan.
Bukan Lamborghini nya yang letoy. Tapi medan kompetisinya itulah yang memang lebih cocok buat kebo dibanding Lamborghini.

Hal yang sama juga berlaku dalam sistem yang bernama demokrasi itu.

Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi alasannya, bahwa memperjuangkan al-haqq lewat jalan demokrasi itu adalah mustahil.


Pertama: Kebanyakan Manusia adalah...

Pernahkah Anda (yang punya al-Qur'an Digital) mencoba mencari ayat dengan menggunakan kata kunci KEBANYAKAN MANUSIA?

Pernah?
Lalu bagaimana bunyi ayat² yang ditemukan dari pencarian tersebut?

Kebanyakan manusia adalah... zhalim.
Ingkar. Fasiq. Tidak mengetahui. Dll, dll.

Ada yang bagusnya gak?
Misalnya aja... beriman. Sholeh. Taat. Dll, dll.
Ada gak?

Gak ada.
Semua predikat yang mengikuti kata² KEBANYAKAN MANUSIA... selalu buruk semua.
Gak ada yang bagus.

Begitulah memang kondisi kebanyakan manusia itu.
Buruk.
Sementara ketika Allah memuji dengan predikat yang bagus, maka itu selalu ditujukan kepada yang SEDIKIT.

Padahal aturan main demokrasi adalah... menjadikan kebanyakan manusia (yang predikatnya buruk² itu) sebagai penentu.

Allah mencela MAYORITAS manusia.
Lalu ketika manusia² yang Allah cela itu akhirnya bersepakat tentang sesuatu (atau bersepakat menginginkan sesuatu), mungkinkah yang mereka inginkan itu adalah sesuatu yang Allah ridhai?
Mungkinkah?

Dari sini aja sudah jelas, bahwa demokrasi itu sejak awal kelahirannya memang dirancang untuk memberikan jalan bagi keburukan agar bisa naik ke tampuk kekuasaan.

Masih kurang jelas juga?

Silakan baca literatur² sejarah tentang lahirnya demokrasi di Eropa.
Siapakah kaum yang berkonspirasi atas kemudian lahirnya demokrasi disana?
Siapa sajakah tokoh²nya, dan cermati latar belakang tokoh² tersebut. Akan Anda dapati banyak petunjuknya disana.


Kedua: Politik Dagang Sapi (Kompromi)

Isi kepala tiap² manusia itu tak ada yang sama persis di semua aspek antara satu manusia dengan manusia lainnya.
Bagaikan sidik jari.

Sehingga adalah lumrah dan itu pun sudah dipahami oleh para pelaku demokrasi yang duduk di legislatif, bahwa yang akan memenangi urusan adalah pihak yang paling jago berkompromi, paling jago lobi, take and give, ada yang diminta tentu ada yang diberi sebagai kompensasinya.

Sementara al-haqq itu tidak mengenal kompromi. Dan bahkan tak mungkin bisa dikompromikan.

Sebagai contoh...
4 x 4 itu = berapa? 16 kan?
Kalau ada yang menjawab 8, itu benar atau salah?

Lalu menurut Anda, di angka berapakah sebaiknya pihak penjawab 16 dan pihak penjawab 8 itu sebaiknya berkompromi?
Di angka 12 kah?
Atau di angka berapa yang menurut Anda itu adil?

Pertanyaan berapakah 4 x 4 itu hanya memiliki satu jawaban saja.
Yaitu 16.
Maka angka berapapun selain angka 16, adalah salah.

Soal selera, bolehlah kita kompromi.
Tapi soal kebenaran, no way.

Contoh lain...
Satu pihak mengatakan, "Ahok menista al-Qur'an."
Pihak lainnya mengatakan, "Ahok tidak menista al-Qur'an."

Di titik manakah kedua pendapat ini bisa dikompromikan?
Apakah di titik, "Ahok AGAK menista al-Qur'an?"
Atau di titik, "Ahok AGAK tidak menista al-Qur'an?"

Ada yang masih belum mudheng juga?
Perlu contoh lain yang lebih up to date?

Baik.
Ada pihak yang berpendapat, "Jokowi curang."
Pihak lain berpendapat, "Jokowi tidak curang."

Bagaimana cara komprominya?
Apakah menjadi, "Jokowi AGAK curang?"
Ataukah, "Jokowi AGAK tidak curang?"


Ketiga: Dusta Janji Kampanye dan Kecurangan Pemilu

Kebanyakan manusia adalah bodoh. Tidak mengerti. Awam. Amnesia politik. Dll, dll.
Sehingga mereka gampang dan bisa jadi juga bahkan tak paham bila dicurangi dan diberikan janji palsu (dusta).

Baru sadar ketika nasi sudah menjadi bubur, setelah KPU menetapkan hasil, setelah MK memberikan keputusan.

Ini adalah kompetisi yang tak mungkin dimenangkan oleh al-haqq.
Mengapa?

Pejuang al-haqq... mungkinkah mereka mau melakukan kecurangan?
Tak mungkin.

Mungkinkah mereka mau berdusta (misalnya memberikan kesaksian bohong ataupun memberikan janji palsu)?
Mustahil.

Musuh² para pejuang al-haqq tahu itu.
Mereka tahu kita tak mungkin melakukan hal² nista semacam itu.
Itulah sebabnya, mereka merasa aman.
Sehingga mereka bisa melakukan kecurangan dengan fokus hanya menguasai titik² krusialnya saja.

Mereka tak merasa perlu bersusah payah mengawal data C1 maupun proses rekapnya.
Karena mereka tahu, pejuang al-haqq takkan mungkin mencurangi mereka.

Sementara mereka...
Mereka tak merasa punya beban untuk berdusta.
Tak merasa punya beban untuk berlaku curang.

Bahkan juga tak merasa punya beban untuk mengatakan saya tak punya beban.

Ada yang gak paham dengan "penjelasan" di atas?
Kalau kata Cak Nun... "uslub".
Ada yang gak paham dengan "uslub" di atas?

Kalau ada yang gak paham, berarti orang itu memang pantas untuk menjadi warga negara TAIK LAND.


RasuluLLah adalah Tauladan Terbaik

Hanya saja, ada yang aneh dari perilaku sebagian pejuang al-haqq saat ini.

Ringan lidah mereka mengucapkan "RasuluLLah SAW adalah uswah hasanah." Dan mereka pun sudah berusaha keras mewujudkan ucapannya.

Yang aneh... mengapa mereka melakukan itu hanya di sebagian saja dari aspek hidup mereka?

Bukankah RasuluLLah SAW dahulu pernah mengalami hal yang sama?
RasuluLLah berjuang sejak awal hingga akhirnya memperoleh tampuk kekuasaan itu dari penguasa Madinah.
Tidakkah itu juga perlu dicontoh dan ditauladani?

Lalu, mencontoh kepada siapakah sebagian para pejuang al-haqq itu sehingga jadi merasa perlu untuk masuk ke dalam sistem dan berharap bisa memperbaiki dari dalam?

Bila mencontoh kepada RasuluLLah itu adalah haqq dan menyelisihi Beliau itu adalah bathil...
maka memperjuangkan al-haqq (syariah Islam käffah) itu tak akan mungkin bisa dilakukan lewat jalan yang bathil (demokrasi).

Semoga seluruh perjalanan Pilpres 2019 ini hingga keluarnya keputusan MK nanti... bisa dijadikan pelajaran bagi seluruh pejuang al-haqq.

Bukan kita yang akan memenangkan agama ini. Tapi Allah SWT.
Tugas kita hanyalah menjalani prosesnya.
Maka pastikanlah bahwa proses tersebut berjalan di atas jalan yang sama dengan yang juga pernah RasuluLLah SAW jalani.

Sehingga bila kita memang harus kembali kepada Allah SWT sebelum tujuan perjuangan tercapai, kita kembali kepada Allah SWT dalam kondisi kita sedang berjalan di atas jalan itu. []


CEK CORETAN LAINNYA DI
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=148111479098347&id=100016984876409

TELEGRAM BACKUP @bukangoresanpena

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan