Zonasi sekolah di Jepang

Baru punya pengalaman nyekolahin anak di TK dan SD Jepang. Itupun yang SD baru kelas satu. Belum bisa cerita banyak gimana sistem pendidikan di negeri ini secara keseluruhan.

Sedikit pengalaman tentang proses memasukkan anak ke SD Jepang. Hemm... sebenarnya tidak ada proses apa apa. Tiba tiba kami mendapat surat dari Kota bahwa anak kami tahun ajaran baru bisa bersekolah di SD Morinosato. SD dekat rumah.

Pemerintah Kota sudah tahu bahwa anak pertama kami tahun ajaran baru usianya sudah memenuhi syarat untuk masuk SD. Tahunya darimana? Dari data data yang kami masukkan saat mengurus Resident Card, semacam kartu ijin tinggal sebagai warga asing. Semua anak punya masing masing. Data itu tersimpan rapi.

Beberapa bulan kemudian kami pindah rumah. Dapat Surat lagi dari Kota. Bahwa sekolah anak kami dipindah ke SD dekat rumah. SD Juicia.

Sayangnya di SD yang baru tidak ada tempat penitipan anak. Saya masih ada kegiatan di luar rumah saat anak pulang dari SD. Oleh karena itu kami mengurus beberapa berkas untuk memindah anak ke SD semula. Karena di SD tersebut tepat bersebelahan dengan tempat penitipan anak.

Harus ada alasan yang sangat kuat untuk memindah anak ke sekolah yang tidak sama dengan yang direkomendasikan pemerintah Kota. Karena disini ditetapkan sistem zonasi.

Semua SD katanya memang punya kualitas yang sama. Sarana dan prasarananya sama. Guru gurunya tiap tahun digilir dari sekolah satu ke sekolah lainnya. Biar rata.

Data penduduk tidak bisa dimanipulasi. Semua data tersimpan di Pemerintah Kota. Tampaknya tidak ada cerita demi mendapatkan sekolah bagus orang tua merekayasa alamat dsb. Tidak ada.

Sistem zonasi memang tujuannya mulia. Biar anak tidak menghabiskan banyak waktu di jalan menuju sekolah. Sekolah dimana saja sama. Harusnya. Harusnya memang tidak ada sekolah bagus atau sekolah jelek. Harusnya semua sama.

Sistem zonasi di Indonesia butuh waktu sekian dasawarsa biar setara dengan Jepang.

Siswa Indonesia yang sekarang mengalami sistem zonasi adalah para siswa martir. Para pejuang pemerataan pendidikan ditengah sistem yang belum matang. Ditengah masyarakat yang melihat kejujuran data hanya sekedar formalitas saja. Ditengah pemerintah yang masih acak acakan menyimpan data rakyatnya.

Setelah sekian dasawarsa, ketika sistem zonasi konsisten dilaksanakan, Pendidikan Indonesia akan setara Jepang. Mungkinkah?

#copas
Ditulis di fb oleh: Eka P. Al Rasyid
(Warga RI yang tinggal di Jepang)

Comments

Popular posts from this blog

jenis-jenis Sistem Transmisi mobil

Kudeta Jokowi Mulai Tercium Oleh Prabowo Subianto

Jumlah rakaat shalat tarawih sesuai tuntunan