Ilmu vs hafalan
ILMU ITU SELALU BERKEMBANG, JANGAN JEJALI ANAK DIDIK DENGAN ILMU LAMA, ILMU HAFALAN YANG SEBENTAR LAGI HILANG SEMUA TIDAK TERPAKAI.
Manusia adalah infinite being (mahluk tak terbatas) yang membatasinya hanyalah "egonya dan ilmunya".
hahaha, Sesekali boleh dong membuka tulisan dengan cuplikan kutipan kata-kata dari filsuf terkenal, Socrates.
Dengan quote tadi arah tulisan kali ini tentang bagaimana memecahkan solusi ekonomi yang menjadi masalah terbesar negara kita saat ini.
Misalnya desift neraca perdagangah yang terbesar sepanjang indonesia berdiri. rupiah yang belum pernah sekalipun menguat. dari tahun 1973 sampai saat ini, satu arah terus, melemah. bahkan 5 tahun kedepan di prediksi dolar rupiah di kisaran 15.500-16.500.
Coba kita cari akarnya, masalah ekonomi indonesia ini, bisa bisa menjadi masalah terbesar karena ego pejabat dan keilmuan pejabat yang merasa benar dengan pengetahuan keilmuan yang di milikinya walau ilmu lama.
Sehingga banyak hal ekonomi itu bermuara dari kebijakan ekonomi yang tidak bijak.
Michael Hudson seorang ekonomi kontemporer pernah berkata, musuh terbesar kemajuan ekonomi sebuah negara adalah kaum akademisi cendikiawan ekonom negara itu sendiri.
Misalnya perkembangan perbankan. Saking pinternya pakar ekonomi itu berfikir bahwa bank lah satu-satu lembaga terpenting untuk mengatur jalur keuangan.
Jadi kalau di ibaratkan darah itu uang, urat nadi itu bank nya. Maka urat nadi itu penting untuk menyalurkan darah dalam tubuh manusia maka bank menjadi penting.
Dalam konsep T.I.N.A yang baru beredar video sederhana tersebut banyak mendapat kritikan yang intinya kalau TINA di jalankan “bank nanti tutup dong”.
Kalimat ini kebanyakan dari kaum akademisi ilmu ekonomi atau yang tahu tahu sedikit tentang ekonomi.
Apakah salah penyataan itu ? jawabnya..tidak!. itu benar dan memang itu maksudnya.
Kedepan era Banking 5.0 itu banking non bank. Alias menjalankan fungsi perbankan bukan oleh bank lagi.
Fungsi bank Kepecah berbagai “bisnis model”.
Payment getway dan berbagai cara bayar akan membuat orang tidak meletakan uang di bank lagi karena cara “bertransaksi” sudah jadi digital.
Orang sudah tidak “nabung di bank” lagi karena mulai direct investment di berbagai instrumen keuangan, reksa dana, saham, obligasi, ECF - urundana, dll.
Retail banking pasti musnah, korporate banking dan konsumen banking bertahan namun harus melakukan penyesuaian.
Apa yang terjadi kalau start up mulai membuat bsinis banking misalnya bisa menerbitkan bank instrumen, seperti LC dan MT money tranfer. Banking berubah jadi personal dan dalam hitungan detik transaksi selesai. Bank bisa jadi dinosaurus.
Catat: bank beda dengan banking loh ya. Bank beda dengan perbankan. Bank itu akan berubah namun banking tetap ada sampai kapanpun.
Lalu kedepan kebijakan bank tradisional mau di pertahankan gitu? Konsumennya mana? Pasar bakal bergeser jauh, sangat beda.
Konsumen bank tradisional saat ini usianya menua semua. Yang generasi digital sih ngak ke bank!!!
Jadi wahai para guru ekonomi dan dosen ekonomi, mulailah ajari anak didik ini ekonomi masa depan. Banking 5.0. onward, agar jangan komentar TINA itu merugikan bank. Lah memang!!! Tapi menguntungkan masyarakat. kalau pejabat ekonomi faham juga nggak? #peace
Mardigu WP
Comments
Post a Comment