Make Amerika Great again, vs Syiah?
TRUMP: AMERIKA YANG MELELEH I
Sebenarnya untuk memahami situasi yang tampak "kalut dan mawut" di dalam negeri ini sederhana sekali: tengoklah Amerika. Negara yang konon "super power" tapi justru dalam situasi yang jauh lebih kompleks. Tangan kotor jejaknya ada dimana-mana, tapi selalu berlindung di balik "penjaga demokrasi global". Kemenangan semu-nya dalam era Perang Dingin, membuatnya jadi pongah dan merasa selalu jadi polisi dunia. Tapi rupanya era tersebut, perlahan akan mulai berakhir. Dimulai dari kemenangan absurd Trump, yang suka tidak suka berkat kejahilan spionase, gaya kampanye, dan permainan hoax yang dibantu Rusia. Sesuatu yang sungguh memalukan tapi nyata: AS diberi penguasa baru berotak bakulan, yang anehnya berslogan "Make America Great Again". Ini sejenis slogan maling teriak maling, wong sudah super power kok merasa masih kurang power. Realitasnya memang begitu! AS hanya "super power" di atas kertas. Secara ekonomi, kekuatannya mulai tergerus oleh China yang dengan gaya mix-match Konfusionisme-Komunisme-nya merajalela tak terkendali. Konfusionisme itu terletak pada apa-nya? Mula2 pada kesederhanaan cara berpikir, bertindak, dan berperilaku. Walau kemudian terbukti di dalamnya tersembunyi kekuatan dan kecanggihan yang sangat dahsyat. Apa contohnya: mula2 cuma jualan peniti, lalu tiba2 semua IT dikuasainya. Tentu dengan harga super murah tak tertandingi. Kapitalisme semu yang dikendalikan sepenuhnya oleh sistem komunisme.
Dalam situasi demikian, siapa-pun kaum pemodal akan tertarik masuk membiayainya. Siapa tak tergiur keuntungan berlipat ganda dengan biaya super murah! Ingat uang tidak mengenal bendera, nasionalisme itu bullshit di tangan kapitalisme. Saya selalu tertawa, bila ada sekelompok massa di negeri kita, yang bila di rumah ibadah suka teriak2 anti-aseng, tapi diam2 ikut seminar cara membeli barang secara murah, dan diam2 ikut tour ke pusat2 kulakan di seantero China daratan. Populasi "pedagang pemula" seperti ini besar sekali, sejenis pengusaha gurem yang sekalipun membesar akan selamanya dibonsai hanya sebagai "perantara" bukan produsen sejati. Sejenis entreupeuner palsu dan itu yang selalu dirayakan dengan pongah sekali! Dalam konteks inilah, Trump sangat menyadari "kepentingan domestiknya" yang secara perlahan akan dilalap habis oleh produk2 dari China. Maka dilancarkanlah perag dagang secara terbuka, dengan menaikkan tarif pajak hingga 25%. Berhasil? Sampai saat ini yang cuma omong kosong. China rupanya sedikit-pun tak merasa takut. Hukuman terhadap raksasa IT, Huawei rupanya dibalas oleh publik China yang memboikot produk2 AS yang ada di China. Bukan sekedar gerai2 makanan siap saji macam KFC atau MCDonald yang diam2 jumlah ada ribuan di China saja. Tapi juga produk2 perangkat lunak maupun keras yang canggih. Dan terbukti, bahwa apa pun yang AS jual apakah itu Facebook, Google, WA, Instagram apa pun, China telah memiliki tiruannya. Mereka sudah jauh2 hari bersiap....
Dalam konteks perang dagang yang menyebalkan inilah. Seharusnya kita memahami bahwa memang AS tidak "segreat, seperkasa" dulu lagi. Ketika pesawat tak berawaknya ditembak jatuh oleh Iran. Hanya 10 menit sebelum serangan balasan dilancarkan, Trump membatalkannya. Amerika sudah turun lagi ke bumi. Ia bisa saja berteriak2 dengan semua argumentasi, tapi realitasnya ia bisa dipencundangi oleh "anak kelas tiga" macam Iran. Dia tahu di belakangnya (lebih tepatnya di atasnya tentu ada Rusia dan China yang siap memback-up habis Iran). Bagi saya makin jelas, kenapa di dalam negeri nyaris tiap hari kita menuduh dan menyebar luaskan paham bahwa Syiah itu bukan Islam. Paham yang kehadirannya bahkan sudah ratusan tahun yang lalu ada, bahkan konon kerajaan Islam pertama di Nusantara juga lahir dipengaruhi mahzab ini. Jauh sebelum Iran jadi Republik Islam satu2nya di dunia seperti hari ini. Amerika yang kedodoran hari ini adalah berita baik sekaligus buruk bagi Indonesia. Ia akan terus menerus merecoki siapa pun, karena antek2nya memang sudah lama hadir di sini: Kelompok ultra nasionalis, Islam radikalis dan para oportunis permapok sumberdaya salah satunya. Tampaknya mereka seperti punya agenda masing2, tapi sesungguhnya tak lebih kaki tangan yang digerakkan oleh kekuatan yang lebih besar. Dan mereka ini bersatu dalam satu botol yang sama dalam Pilpres kali ini. Kenapa botol karena pemegang tutupnya adalah Amerika
Jadi apa point terpentingnya? Bila masih ada yang berteriak bahaya komunisme, anti China, Syiah sesat dan sejenisnya. Sudah jelas arahnya kemana. Mereka cuma perpanjangan tangan AS, yang tidak ingin negara2 lain yang selama ini jadi barang mainannya seperti Indonesia jadi makin maju dan mandiri. Bila Iran, India, lalu Vietnam saja bisa. Mosok Indonesia gak bisa? Indonesia di bawah Jokowi memiliki potensi luar biasa besar ke arah sana. Trump atau siapa pun penggantinya kelak akan menemui kenyataan bahwa arah sejarah dunia tak akan pernah lagi sama: bersedia tunduk sepenuhnya di kaki Amerika. Walau mereka akan terus ngotot memperjuangkannya...
Sengotot, sebebal dan sedungu kaki tangannya yang hari2 ini akan mengadakan syawalan di jalanan sepanjang depan Gedung MK.
(Andi Setiono Mangoenprasodjo)
Comments
Post a Comment